Blog Archive
links
-
-
Sistem Cluster Untuk Ibukota Negara Indonesia11 tahun yang lalu
-
Menstabilkan Sinyal Pada Modem13 tahun yang lalu
-
-
harapku14 tahun yang lalu
-
PARTNERS’ LINK 214 tahun yang lalu
-
-
-
-
adalah portal pribadi disamping sebagai wadah ekspresi diri untuk sekedar menuangkan ide, gagasan maupun gambar-gambar koleksi. Pun dirasakan menjadi inspirasi bagi para pengunjung itu arah yang diharapkan agar nanti keberartian saling "berbagi" dapat berbuah baik...
Your's
a_rauf
min turaabb
kucukupkan pandanganku disesampainya sore tiba
ditutupnya semua pintu dan jendela biar hangat senja tidak terasa
memang langit tidak tampak begitu mendung
hujanpun belum tentu turun
tapi aku tahu kilat cahaya palsu seakan menanti untuk menyambar
seakan berkuasa
menjadi raja
pongah dengan terangnya
kupelankan suara panggilanku diantara semua hasrat penyeruak
dikuburnya semua kenangan dan ingatan biar tidak menderu
memang bulan tidak terlalu terang
langitpun belum dipenuhi bintang
tapi aku tahu gemuruh anak guntur menunggu untuk didengar
seakan murka
menjadi panglima
jengah dengan getarannya
wahai pemanis hayalanku, pewarna indah pandanganku
tidak dengan tiga kata kumemangilmu, tidak juga dengan lambaian
inginku hanya untuk kau segera mengucapkan janji suci itu
atau setidaknya lantangkan bicaramu biar tersadar aku adalah lelaki dungu
duhai embun penekuk dahagaku, hiasan taman-taman surgaku
selaksa dendang tidak membuat hatiku mendayu,
gempita hanya menyempitkan rongga dada
semakin ditentang semakin berdentang
terus ditakuti semakin diikuti
sampai hidup di utus mati
idzaa niltu minkal wudda famaalun khaenun wa kullu alladzi fawqo turoobi turoobun
(robi’atul adawiyah)
….”apabila cintamu telah kudapati (Ya Allah) maka harta benda itu tiada artinya dan segala apa yang ada diatas bumi ini bagaikan debu yang berserakan”….
(Posting Tanpa Judul)
peminta hendak pulangkan sebongkah asa
hari-hari bahagianya menjauh sudah, meronta bak ingin ditangisi
dalam belukar terhimpit sejuta derita musykil
gemetar gamang dengan sambut lembut tangan bidadari
teringat saat dijamunya dengan cawan kuning keemasan dirumah coklat ketua’an
penjaga tebarkan segala pengendali seolah tergenggam rapi, saling menopang
waktu itu, tidak tahu besok pelangi berwana apa
dimalam sepertiga akhir dari pinggiran pondok-pondok kecil temaram menghiasi
terdengar doa-doa abadi pendosa menggemuruh kelangit-langit pemimpi
tanpa tahu Tuhannya akan mengampuni
terus saja caci mustahil itu mengalir
umpatan-umpatan memecah kebekuan seakan serasi disemua lini
kemudian dibuat hina keesokan harinya
biar terlihat dikasihani bukan disegani apalagi dihormati
lalu mengharap derma
menghiba pada semua penista
begitu dan begitu saja seterusnya
~//~
jejak bijak seolah dituangkan dalam relung kelabunya waktu
diselipkannya buah plum dibibir cawan peraknya
bukan penanda hujan dihiasinya lagi payung kecil warna-warni
berteduh dibawah pohon kurma yang berubah menjadi pohon anggur
semua bersuka cita dalam imannya pencipta mahluk
mulut berbusa puja
disusunnya tumpukan tali dikepala seraya jari terus memutar menari
diceramahinya semua pendosa biar terbungkuk
seakan cinta perlu guru……..
dan rindu benci pengganggu
nasehat-nasehat abadi rasul dilontarkan sambil sesekali diciumnya tanda kaki burung jalak
terdengar dentingan bunyi gelasnya beradu
sementara darah merah terus mengalir menempel ditembok-tembok ratapan
apa bedanya dongak kepala dengan tanda hitam dua didahi
dogma-dogma disuapi, dihisap dan dijejali
semua stigma para pendungu dianutnya
risalah yang dibuku-buku
penyempurna, pengembala, penjejak nirwana dan pemuja dewata malu dibuatnya
astaghfirullah aku memang pendosa
tapi tidak pernah sama sekali sempat terlintas di otakku untuk memenggal semua isi kepala para sophia
terlebih memaksakan cahaya seperti pembawa lentera
aku bukan pembelah samudera, nakhoda bahtera, penjagal, penguasa bahasa, juragan niaga
bukan pula penghisap air susu maria
apalagi pemuja kata
~\\~
serigala malam hanya memanggil kawan
hanya dari bau-baunya dia menandai
tidak perlu ditakuti begitu juga burung gagak abu-abu
bunyinya seolah umpatan padahal pelayanan
mengabdi dengan kasih sayang
memang tintanya belum terisi
bejananya belum disiangi
tempurungnya belum disirami
serakah jika hisab nasib begitu cepat dimengerti
jelaganya sedang pelan, terus dipaksa dimampatkan disisi
walaupun mulut terkunci, jiwanya bisa saling berbagi
~||~
AAAH…AKU HANYA MERACAU :(
~)(~
wow wow, what gonna hell happen in here.,.,!?!?
do u burn somethings? smell isn’t good,,,it’s gettin hot,
take in easy….it isn’t what ur think
ok i’m a bad guy and i already to crushin every ‘goodness’ in this f**kin world
ready 2 take my act?!?! even i know the time where i’ll gonna be a looser, coz i’m like a boomer
but i don’t need a white flag n i’v 1 bullet, so do not miss the chance to blow it’s opportunity one shot, face it!!(eminem verses)
(+ ROUUUUUUUP.,.,WHAT ‘R’ U DOING !?! IT’S TIME TO PRAY….)
( - mommy.,……. please gimme a second,,,i still wanna play on my widely grey )
( + HEEEY,,,,,!!!)
( - okey )
~><~
MoU
nihayatul qolbii
khayya ku tak kenan dibawa malam
tersendu sirath yang terbentang bak pedang
makam-makam ditinggal nisan dalam pusara sunyi
menggerakan semua syirah langkah untuk menjauh
aku tahu disana akan terjadi kesengsaraan, kemelaratan dan kehinaan
semakin banyak semakin terlihat fasad
dari segala macam khianatan dan kemunafikan itu jelas
seribu kepahitan akan tampak terbentuk dengan begitu kentara hingga di ujung lidah
murka penguasa bertangan besi tidak setajam ini
mati rasa karena tidak tahu apa maksud dibalik itu
tapi sediaku ada tanganku terbuka
perempuan seribu wajah
kau tenun warna-warni kecerahan
dipintalnya benang-benang keemasan
pinggirannya kau semat renda-renda
payet hijau dengan dasar keungu-ungunan didapati warnanya
tiap corak kau padupadankan
sesekali rubi merah memantulkan cahayanya
seolah tersusun rapi
keanggunan dan keindahan kau terbungkus kain segitiga
lenggok elok kau melangkah
lincah merajut tiap gerak dan suara
semua mata dan telinga terlena dibuatnya
keteduhan kau pancarkan
tak disangka hatimu karang
berdirimu batu pualam
pendirianmu pohon
sikapmu gunung
lembutmu laut
pesonamu angin
tatapmu petir
tidak heran kudapati diri compang-camping di sisi terluar pulau kecil yang terpencil
tidak didunia ini
pe(R)tunjukanmu
layar tidak pernah tersingkap
walaupun aku tahu pertunjukan itu sedang berlangsung
terbukti dari tepuk tangan setiap tamu
lakon apa yang sedang dimainkan aku tidak tahu
sesekali gemuruh riuh menggetarkan panggung
sesekali senyap terasa yang terdengar hanya isak pilu peran utama
diarahkannya semua cahaya biru
diburamkan latar
hingga tercipta penjiwaan susana sedih itu
tersontak semua gembira
aneh memang secepat itukah hidup
oh rupanya yang ditunggu setia sudah ada
datang menjelma bagai pahlawan yang dipuja
diikuti sorak hati para hawa tidak ketinggalan peran utama
dibawanya kegembiraan itu
seketika panggung dibuatnya berwarna
kupu-kupu plastik diterbangkan hilir mudik
suara-suara menggemiricik diselingi nyanyian burung didendangkan
peran pendukung bernyanyi, menari kesana kemari
lampu dipadamkan tanda pertunjukanmu diusaikan
tanpa kutahu peran apa yang diperankan olehku